Ternate – Kantor Perwakilan PT. Harita Grup, di Kelurahan Kalumata, Kecamatan Ternate Selatan, Kota Ternate, kembali diseruduk massa aksi. Kali ini puluhan massa aksi dari Lembaga Investigasi dan Informasi Masyarakat (LSM LIDIK), Maluku Utara (Malut) hadir dan menyoroti persoalan lingkungan di pulau Obi.
Koordinator aksi, Tusry Karim, kepada media ini Jum’at (29/8), aksi yang digelar pihaknya ini kemudian menyoroti soal kerusakan lingkungan, akibat operasi tambang secara ugal-ugalan oleh pihak PT. Harita Grup di kawasan pulau Obi saat ini.
“Aksi hari ini bukan hanya LSM LIDIK Malut, akan tetapi aksi ini juga turut serta puluhan mahasiswa yang mewakili masyarakat Desa Bobo, Kecamatan Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan. Dimana kehadiran mereka ini sebagai bentuk komitmen atas keprihatinan masyarakat Desa Bobo, terkait dengan kerusakan lingkungan dimaksud,” pungkas Tusry.
Tusry, menegaskan penolakan terhadap rencana operasi tambang nikel di Desa Bobo ini, lahir dari rasa kekhawatiran akan hilangnya ruang hidup, seperti tercemarnya laut tempat masyarakat menggantungkan hidup, serta ancaman terhadap hutan yang menjadi sumber air bersih.
“Masyarakat Desa Bobo percaya bahwa, pembangunan seharusnya menghadirkan kesejahteraan bukan penderitaan. Kehadiran tambang ini dinilai justru berpotensi menimbulkan kerusakan lingkungan, konflik sosial, dan hilangnya warisan budaya yang selam ini dijaga secara turun-temurun,” ujar Tusry.

Lanjut, Tusry, ada 3 poin yang menjadi dasar kami bersama perwakilan masyarakat Desa Bobo menolak kehadiran tambang Nikel tersebut, diantaranya yakni; Ancaman terhadap lingkungan hidup, dampak sosial dan ekonomi, kehilangan warisan budaya dan ruang hidup.
Dengan adanya 3 poin yang menjadi dasar penolakan tersebut kata Tusry, maka kami menuntut pemerintah daerah maupun pemerintah pusat untuk:
1. Mencabut dan menolak izin operasi tambang di Desa Bobo
2. Mengutamakan pembangunan yang ramah lingkungan dan berpihak pada rakyat
3. Menjamin hak-hak masyarakat adat dan lokal atas tanah serta ruang hidup.
“Jika tuntun kami ini tidak di indahkan oleh pemerintah maupun pihak PT. Harita, maka kami berjanji akan mengkonsolidasi massa yang lebih besar lagi, untuk kembali turun kejalan dan menyampaikan aspirasi masyarakat ini, hingga dipenuhi tuntutan-tuntutan kami,” tegas Tusry.
Tusry, menambahkan bahwa pihaknya bersama masyarakat Desa Bobo, percaya bahwa pembangunan sejati bukanlah yang mengorbankan rakyat dan alam, melainkan yang menghadirkan keadilan, keberlanjutan hidup, serta kesejahteraan bagi semua.